peluang bisnis

Cari Blog Ini

Senin, 21 Desember 2009

sejarah tapak suci

Sejarah Tapak Suci

Di Banjarnegara, Jawa Tengah, Kiyai Haji (K.H.) Syuhada pada tahun 1872 memiliki seorang putera yang diberi nama Ibrahim. Sejak kecil ia menerima ilmu pencak dari ayahnya. Ibrahim tumbuh menjadi Pendekar yang menguasai pencak ragawi dan batin / inti tetapi sekaligus Ulama yang menguasai banyak ilmu, kemudian berganti nama menjadi K.H. Busyro Syuhada.

Pada awalnya K.H.Busyro Syuhada mempunyai 3 murid, yaitu :

* Achyat ( adik misan ), yang kemudian dikenal dengan K.H. Burhan
* M.Yasin ( adik kandung ), yang dikenal dengan K.H. Abu Amar Syuhada
* Soedirman, yang dikemudian hari mencapai pangkat Jenderal dan pendiri Tentara

Nasional Indonesia, bahkan bergelar Panglima Besar Soedirman.

Pada tahun 1921 di Yogyakarta, bertemulah K.H. Busyro Syuhada dengan kakak beradik Ahmad Dimyati dan Muhammad Wahib. Dalam kesempatan itu mereka adu ilmu pencak antara M. Wahib dan M. Burhan. Kemudian A. Dirnyati dan M. Wahib dengan pengakuan yang tulus mengangkat K.H. Busyro Syuhada sebagai guru dan mewarisi ilmu pencak dari K.H. Busyro Syuhada yang kemudian menetap di Kauman. Menelusuri jejak gurunya, Ahmad Dimyati mengembara ke barat sedang M. Wahib mengembara ketimur sampai ke Madura untuk menjalani adu kaweruh ( uji ilmu ). Pewaris ilmu banjaran, mewarisi juga sifat-sifat gurunya M. Wahib sebagaimana K.H. Busyro Syuhada, bersifat keras, tidak kenal kompromi, suka adu kaweruh. Untuk itu sangat menonjol nama M. Wahib dari pada A. Dimyati. Sedang A. Dimyati yang banyak dikatakan ilmunya lebih tangguh dari pada adiknya M. Wahib tetapi karena pendiam dan tertutup maka tidak banyak kejadian-kejadian yang dialami. Sebagaimana M. Burhan yang mempunyai sifat dan pembawaan sama dengan A. Dimyati.

K. H. Busyro Syuhada pernah menjadi guru pencak untuk kalangan bangsawan dan keluarga Kraton Yogyakarta. Salah satu diantara muridnya adalah R.M. Harimurti, seorang pangeran kraton, yang dikemudian hari beberapa muridnya mendirikan perguruan–perguruan pencak silat yang beraliran Harimurti.
Kauman, Seranoman dan Kasegu

Pendekar Besar KH Busyro Syuhada memberi wewenang kepada pendekar binaannya, A. Dimyati dan M. Wahib untuk membuka perguruan dan menerima murid. Perguruan baru yang didirikan pada tahun 1925 itu diberi nama Perguruan "Kauman", yang beraliranBanjaran.

Perguruan Kauman mempunyai peraturan bahwa murid yang telah selesai menjalani pendidkan dan mampu mengembangkan ilmu pencak silat diberikan kuasa untuk menerima murid.

M. Syamsuddin yang menjadi murid kepercayaan Pendekar Besar M..Wahib diangkat sebagai pembantu utama; dan dizinkan menerima murid. Kemudian mendirikan perguruan ”Seranoman". Perguruan Kauman menetapkan menerima siswa baru, setelah siswa tadi lulus menjadi murid di Seranoman. Perguruan Seranoman melahirkan pendekar muda Moh. Zahid, yang juga lulus menjalani pendidikan di perguruan Kauman. Moh. Zahid yang menjadi murid angkatan ketiga (3) bahkan berhasil pula mengembangkan pencak silat yang berintikan kecepatan; kegesitan, dan ketajaman gerak. Tetapi murid ketiga ini pada tahun 1948, wafat pada usia yang masih sangat muda. Tidak sempat mendirikan perguruan baru tetapi berhasil melahirkan murid, Moh. Barie lrsjad.

Pendekar Besar KH Busyro Syuhada berpulang ke Rahmatullah pada bulan Ramadhan 1942. Pendekar Besar KH Busyro Syuhada bahkan tidak sempat menyaksikan datangnya perwira Jepang, Makino, pada tahun 1943 yang mengadu ilmu beladirinya dengan pencak silat andalannya. Makino mengakui kekurangannya dan menyatakan menjadi murid Perguruan Kauman sekaligus menyatakan masuk Islam kemudian berganti nama menjadi Omar Makino. Pada tahun 1948 Pendekar Besar KH Burhan gugur bersama dengan 20 muridnya dalam pertempuran dengan tentara Belanda di barat kota Yogyakarta. Kehilangan besar pesilatnya menjadikan perguruan Kauman untuk beberapa sa’at berhenti kegiatannya dan tidak menampakkan akan muncul lagi Pendekar. Moh. Barie lrsjad sebagai murid angkatan keenam (6) yang dinyatakan lulus dari tempaan ujian Pendekar M. Zahid, M. Syamsuddin, M. Wahib dan A. Dimyati kemudian dalam perkembangan berikutnya mendirikan perguruan "Kasegu"

Kalau perguruan-perguruan sebelumnya diberi nama sesuai dengan tempatnya. Perguruan Kasegu diberikan nama sesuai dengan senjata yang diciptakan oleh Pendekar Moh. Barie Irsjad.
Lahirnya Tapak Suci

Moh. Barie lrsjad akhirnya mengeluarkan gagasan agar semua aliran Banjaran yang sudah berkembang dan terpecah-pecah dalam berbagai perguruan, disatukan kembali ke wadah tunggal.

Pendekar Besar M. Wahib merestui berdirinya satu Perguruan yang menyatukan seluruh perguruan di Kauman. Restu diberikan dengan pengertian Perguruan nanti adalah kelanjutan dari Perguruan Kauman yang didirikan pada tahun 1925 yang berkedudukan di Kauman.

Pendekar M. Wahib mengutus 3 orang muridnya. dan M. Syamsuddin mengirim 2 orang muridnya untuk bergabung. Maka Pendekar M. Barie Irsjad bersama sembilan anak murid menyiapkan segala sesuatunya untuk mendirikan Perguruan.

Dasar-dasar perguruan Kauman yang dirancang oleh Moh. Barie lrsjad, Moh. Rustam Djundab dan Moh. Djakfal Kusuma menentukan nama Tapak Suci. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dikonsep oleh Moh Rustam Djundab. Do’a dan lkrar disusun oleh H. Djarnawi Hadikusuma. Lambang Perguruan diciptakan oleh Moh. Fahmie Ishom, lambang Anggota diciptakan oleh Suharto Suja', lambang Regu Inti "Kosegu" diciptakan Adjib Hamzah. Sedang bentuk dan warna pakaian dibuat o!eh Moh. Zundar Wiesman dan Anis Susanto.
Maka pada tanggal 31 Juli 1963 lahirlah Perguruan Seni Beladiri Indonesia Tapak Suci

sejarah kungfu

Kungfu adalah istilah yang kita kenal sekarang merupakan istilah yang populer di tahun 1930 an. dalam sejarah Chinese Martial Arts, kungfu memiliki lebih dari 40 nama tergantung pada dinasti yang menaunginya.

Wu Yi (Tehnik bela diri) telah lebih tua dari peradaban. selama ada manusia di dunia, pasti ada perkelahian. dalam celah-celah inilah Wu Yi berkembang. Selain itu, tujuan untuk mengembangkan diri, dan meraih harmonisasi eksternal dan internal juga menjadi tujuan orang mempelajari Wu Yi.

Istilah Wushu yang dipopulerkan kembali oleh pemerintah China dikenal sejak abad ketiga sampai keenam masehi. istilah yang paling populer dari abad ketiga SM sampai abad ke 19 M adalah Wu Yi. Wu adalah teknik bela diri dan Yi adalah seni. dalam susunan semantik, kata wu yi lebih tepat daripada wu shu.

Pada 7000 tahun yang lalu, bangsa China prasejarah telah menemukan berbagai jenis alat untuk membela diri baik terhadap sesamanya, suku lain, maupun dengan hewan. senjata-senjata yang berkembang antara lain tombak, pedang, golok, dll. pada masa damai, teknik mereka dipakai untuk tarian bela diri seperti tarian pedang.
Pada masa dinasti Hsia dan Shang (2000-1030 SM) telah ditemukan senjata tembaga dan kuningan, dan banyak terdapat penemuan arkeologi berupa teknik bela diri yang dipahat di cangkang kura-kura.

Pada dinasti Zhou (1030-480 SM) beladiri dinamakan Quan Yong dan Shou Po ( 手搏) , dan pada jaman inilah lahir prinsip dan filosofi Yin Yang, Wu Xing, serta Pat Kua.

Pada jaman 3 kerajaan dan masa negara-negara berperang, dikenal Jiji dang xiang po. pertarungan diatas kuda dan teknik senjata berkembang pesan. pada jaman ini munculnya seni perang Sun Tzu.

Setelah Shi Huang Ti mempersatukan China tahun 221-207 SM, ia memperkenalkan Shou Po dan Jue Di.

Pada jaman dinasti Han, istilah wu yi muncul dan sangat populer. pada jaman inilah diadakan pertandingan tinju dan gulat pertama di dunia.

Sampai pada akhirnya Bodhidharma datang ke China dan melembagakan Kungfu sehingga muncul banyak aliran.
Jaman dinasti Tang, muncul Xiang Pu dan Jue Li yang merupakan leluhur dari bela diri sumo.Pada jaman dinasti Song muncul Wu Yi dan Wu Ji. Pendiri Song juga dikenal sebagai pendiri aliran Tai Zu, yang merupakan cikal bakal dari teknik Thai Boxing.

Jaman dinasti Yuan, dimana dinasti ini adalah penguasa dari luar China, sehingga melarang China mempraktekan bela diri, maka berkembanglah teknik tangan kosong. banyak juga ahli bela diri yang menyimpan ilmu mereka dalam seni akrobat, drama, pertunjukkan, dll, sehingga banyak bela diri yang berkembang menjadi seni pertunjukkan dan muncullah istilah tendangan sulaman, pukulan kembangan.namun gulat mongolia berkembang pesat. ada jaman ini seorang Jendral bermarga Chen berkelana ke Jepang dan mengajarkan kepada orang Jepang teknik yang bernama JuJutsu.

Pada jaman dinasti Ming muncul Wu Yi dan Quan Fa. pada jaman dinasti Ching, banyak terjadi pemberontakkan. Shaolin baru didirikan di selatan (Fu Jian), dan menjadi tempat berkumpul para kaum revolusioner. lalu dihancurkan pemerintah, sehingga banyak pendekar yang berkelana ke luar China.

Lalu pemerintahan Guo Min Tang mendirikan Guo Shu. setelah China dikuasai Komunis, maka seni yang berkembang adalah Wu Shu.

Nama Kung Fu sendiri dipopulerkan oleh almarhum Bruce Lee (Lee Siao Lung), saat dia mengadakan show di universitasnya dan berhasil mengalahkan beberapa pendekar dari aliran beladiri lain (Jepang). Siao Lung juga memenangkan kejuaraan karate se-amerika dan pada saat memenangkan turnamen karate terbuka (semua beladiri boleh ikut) itu, ia meneriakan kata2, "Wo Shi Zhong Guo Ren". setelah itu dia ditawarkan bermain film di Hollywood, lalu ke hongkong. pada saat itu demam kungfu mulai mewabah ke seluruh dunia.

Seorang yang mempelajari Kungfu harus ingat 3 hal, yakni;

Wen ( pengetahuan dan budaya)
Wu ( kedisplinan diri, latihan yang tekun, tekad yang bulat)
Dao ( Keagamaan, Ketuhanan Yang Maha Esa, ketenangan batin)

Inilah landasan untuk mempelajari Kungfu sejati. Tahapannya sendiri ada 3 yaitu :
(maaf pakai bahasa hakka)

Tam (tekad, keyakinan terhadap diri sendiri, teman, Guru, dan Kungfu)
Lip (tenaga, latihan yang berkesinambungan, latihan rutin bukan latihan keras)
Kungfu (teknik, dll)

Kungfu sendiri mengenal 3 tenaga :

Gwa Kang (Way Kung) --> tenaga luar
Nay Kang (Nei Kung) --> Tenaga Dalam (ada yang disebut tenaga bumi, Fa Jing, Fa Li, dll)
Gin Kang --> Ringan badan, dibagi 2 horizontal dan vertikal.

Ujian dalam mempelajari kungfu ada 3:

Harta --> godaan untk memperoleh keuntungan besar
Tahta --> Godaan untuk memperoleh kedudukan
Sex --> ini godaan terbesar

Berikut istilah yang dipakai dalam praktisi kungfu:

Jue Li Kekuatan Bertempur
Jue Di Gulat
Ji Ji Teknik bertarung
Wu Ji Teknik Bela diri
Xiang Pu Pertarunagn menanduk
Xiang Po Pertarungan antara
Shou Po Tinju
Zuo Jiao Mencengkram dan melempar
Quan Fa Teknik pukulan
Quan Shu Seni Pukulan

Setelah Lee Siao Lung meninggal, dunia kehilangan tokoh Kungfunya, aktor Jacky Chan (Chen Lung), ditawari Golden Harvest untuk bermain di beberapa film Kungfu dengan karakter Bruce Lee. Namun ditolak. (Jacky adalah Stuntmannya Bruce Lee). Dia memilih karakter yang berlawanan dengan Bruce.

Saat ini Pemerintahan Deng Xiao Bing yang menggantikan Mao Ze Dong tahun 1974, mulai mengembalikan lagi budaya yang dibabat habis oleh pasukan merah. salah satunya adalah Kungfu. maka ditunjuklah Maha Biksu Hai Teng, yang merupakan pemimpin Biara Shaolin Utara di Henan, Shong Shan untuk mengumpulkan para ahli Kungfu yang tersisa dan sudah lama tidak berlatih dan dikumpulkan di Shaolin dan menciptakan teknik baru yang disebut Wushu. Wushu kemudia dilatihkan oleh para atlit khususnya atlit Beijing, dan dipopulerkan ke seluruh dunia.

Ada yang menarik dari jaman revolusi budaya. Sebenarnya dari jaman dinasti Manchuria, Kungfu sudah banyak yang dilarang, sehingga para masternya menyembunyikan kungfu ini kedalam opera (sering disebut opera Shang Hai, karena Shang hai adalah pelabuhan terkenal sejak dulu), sehingga teknik wushu ini ada banyak mengandung teknik akrobat. teknik Tao Lu nya adalah Chang Quan (Kumpulan teknik utara), Nan Quan (Kumpulan teknik selatan--> namun banyak juga yang terpengaruh utara), Tai Chi (Campuran beberapa aliran seperti Yang, Wu, Sun dan Hao--> didominasi gerakan Yang Style), Golok tunggal, Pedang, Toya, dan Tombak. Teknik pertempuran diambil dari campuran teknik semacam Judo dicampur dengan teknik semacam Thai Boxing.

Setelah itu diutuslah rombongan ke seluruh dunia untuk mempopulerkan Wushu. setelah itu dibuatlah film Shaolin Temple, sehingga banyak pemuda dari seluruh dunia datang ke Shaolin untuk belajar. sampai tahun 1990 an, bisa kita lihat banyak sekolah2 beladiri yang muncul di sekitar Shaolin dengan membawa nama Shaolin. hal ini membuat Shaolin menjadi kurang nilai sejarahnya,sehingga pemerintah menutup semua martial arts school tersebut.

Sejarah yang kita tau, setelah Sun Yat Sen meninggal, Chiang kai Sek, mantan perdana mentri Manchuria menjadi presiden kedua mewakili partai Guo Min Tang (Nasionalis), setelah republik China dikuasai oleh Kung Chang Tang (Komunis) dipimpin Mao Ze Dong, melalui Long March tentara merahnya, Chiang beserta banyak ahli Kungfu hijrah ke Taiwan. Setelah Mao Berkuasa mulailah revolusi budaya yang memakan korban ratusan juta ahli sastra, budayawan, pengusaha, sampai para ahli beladiri dan para biksu Shaolin.

Para ahli bela diri yang bergabung dengan Chiang Kay Sek membentuk Guo Shu (Beladiri Negara). pada tahun 1990 an , pertemuan pertama Shaolin Selatan berlangsung di Quan Zhou, Fu Jian, dan dilirik oleh pemerintah, karena pertemuan itu dihadiri oleh banyak pendekar Kungfu dari seluruh dunia, acara berlangsung setiap bulan november dan ditayangkan di banyak stasiun TV di China. sehingga tahun 2008 Pemerintah, demi mengumpulkan budaya2 yang hilang membuat turnamen non Wushu yaitu Turnamen Kungfu Tradisional yang pertama.

sejarah gulat

Sejarah Gulat

Pengurus Besar Persatuan Gulat Seluruh Indonesia ( PB. PGSI )

Berdasarkan faktar-fakta sejarah, gulat adalah cabang olahraga yang cukup tua umurnya. Di bawah ini diuraikan secara singkat sejarah gulat yang sebahagian besar diikuti dari buku The Olympic Guide dan ditambah juga dari buku Der Freis Ringkamf Handbuchfur Trainer und Ubungsliter serta wawancara dengan anggota pengurus persatuan Gulat Seluruh Indonesia tingkat pusat dan daerah.

Zaman Prasejarah

Pada tahun 2500 SM gulat telah menjadi suatu mata pelajaran di suatu sekolah di negara Cina. Begitu juga sekitar tahun 2050 SM gulat telah dipelajari oleh orang-orang Mesir. Hal ini ketahui berdasarkan peninggalan bangsa Mesir pada waktu itu. Salah satu peninggalannya tersebut berupa gambar-gambar yang menunjukkan teknik-teknik bergulat yang terdapat pada dinding Raja Bani Hasan. Selain itu sejarah juga menunjukkan bahwa negara-negara lainpun terdapat suatu jenis perkelahian yang serupa dengan bentuk-bentuk bergulat, seperti Sumo di Jepang, Glima di Iceland, Sohwingen di Swiss, Lancasshire di Scotch, Gumberland di Irish, Caterhras Chath Can di Amerika Serikat dan Greco Roman di Yunani.

Olympiade

Sejak Olympiade kuno, gulat telah menjadi suatu acara pertandingna, walaupun acara tersebut diadakan di dalam acara Penthalon. Peserta yang mengikuti pertandingan Pentahlon itu harus mengikuti pertandingan lompat jauh, lempar lembing, lari cepat, lempar cakram dan bergulat.

Pada Olympiade – I tahun 1896 di Athena, gulat gaya Yunani-Romawi menjadi suatu acara pertandingan tersendiri. Pegulat-pegulat tuan rumah pada umumnya memenangkan pertandingan. Hal ini disebabkan karena peraturan yang dipakai pada waktu itu tidak sama dengan peraturan yang dipakai di negara-negara peserta. Setelah itu pada setiap penyelenggaraan Olympiade, tuan rumahlah yang selalu menentukan peraturan pertandingan yang ditentukan. Bahkan gaya gulat yang dipertandingkan tuan rumah juga yang menentukannya, walaupun negara peserta lainnya belum menguasai gaya gulat itu.

Pada Olympiade – III tahun 1904 di St. Louis, Amerika Serikat maka acara pertandingan gulat hanya untuk gaya catehras catch can saja. Gaya gulat ini sangat digemari oleh rakyat Amerika Serikat sementara negara-negara lain merasa kecewa karena mereka pada umumnya mempelajari gaya Yunani-Romawi. Memang antara kedua gaya ini sangat jauh perbedaannya. Dalam gulat gaya Yunani-Romawi, peserta hanya diperbolehkan menyerang lawan dari batas pinggang ke atas dan tidak boleh menggunakan kaki sebagai alat untuk menyerang. Sedangkat gulat gaya catch as catch can hampir semua tangkapan diperbolehkan, malahan kunci-kunci mematahkan lawan juga diperbolehkan.

Inggris sebagia tuan rumah Olympiade IV tahun 1908, mengadakan pertandingan gulat untuk dua gaya yaitu Yunani-Romawi dan catch as catch can. Diluar dugaan Amerika Serikat sebagai juara gaya catch as catch can mendapat perlawanan yang keras dari negara-negara yang berasal dari Eropa. Meskipun demikian kekacauan dari negara peserta masih ada sebab peraturan pertandingan belum seragam.

Peraturan gulat internasional baru diadakan pada Olympiade XI tahun 1936 di Berlin, Jerman. Pada waktu itu juga dibentuk Federasi Gulat Internasional atau Federation Internationale de Lutte Amateur (FILA). Sejak itu FILA memperbaiki peraturan gulat internasional.

Perkembangan Gulat di Indonesia

sejak sebelum Perang Dunia II, Indonesia sudah mengenal gulat internasinal. Gulat ini dibawa oleh tentara Belanda. Masyarakat Indoensia ketika itu mengenal gulat sebagai tontonan di pasar malam atau pada pesta-pesta di kota besar sebagai acara hiburan.

Tahun 1941 – 1945 sewaktu Indonesia diduduki tentara Jepang, seni bela diri Jepang seperti Judo, Sumo dan Kempo masuk pula ke Indonesia, sehingga gulat secara berangsur-angsur menjadi hilang.

Tahun 1959 di Bandung pernah diadakan pertandingan gulat bayaran antara Batling Ong melawan Muh. Kunyu dari Pakistan. Dari Pakistan pertandingan itu mendapat perhatian yang cukup besar dari pencadu olahraga gulat di Indonesia, khususnya masyarakat di kota Bandung. Pertandingan itu diselenggarakan oleh PERTIGU (Persatuan Tinju dan Gulat), suatu wadah olahraga amatir dan profesional tinju dan gulat di Indonesia. Mengingat pada waktu itu pemerintah dalam hal ini menteri olahraga tidak membernarkan adanya Organisasi Olahraga Tinju dan Gulat bayaran. Terlebih-lebih dengan adanya kebutuhan nasional dimana Indonesia ditunjuk sebagai tuan rumah penyelenggaraan Asian Games IV tahun 1962, maka ketua OC Asian Games menunjuk Kolonel CPM R. Rusli (sekarang Mayjen Purn), untuk membentuk suatu organisasi gulat amatir. Maksudnya Pemerintah berkeinginan agar Indonesia dapat menerjunkan pada pegulatnya dalam arena Asian Games IV itu. Kol. Rusli yang mendapatkan mandat dari Ketua OC Asian Games IV tahun 1962 itu segera melaksanakan tugasnya. Dihubunginya beberapa tokoh olahraga yang ada di Bandung diantaranya Batling Ong, Ong Sik Lok, M.Cc. M.F. Siregar, M.Sc., H.B. Alisahbana dan Abdul Djalil.

Selain beberapa kali mengadakan pertemuan di rumah Kol. R. Rusli di jalan Supratman Bandung, maka tepatnya pada tanggal 7 Pebruari 1960 didirikanlah sebuah organisasi gulat amatir Indonesia dengan nama Persatuan Gulat Seluruh Indonesia yang disingkat PGSI.

Dengan adanya kejuaraan dunia di Yokohama tahun 1961, maka PGSI mengadakan seleksi nasional untuk menentukan tim Indonesia ke kejuaraan dunia yang berlangsung pada bulan Juni 1961.

Empat pegulat terpilih dalam seleksi itu untuk mewakili Indonesia yaitu Rachman Firdaus (kelas 68 kg gaya bebas) Yoseph Taliwongso (kelas 68 kg gaya Yunani-Romawi) Sudrajat (kelas 62 kg gaya bebas) ketiganya dari Bandung, seoran gdari Yogyakarta yakni Elias Margio (kelas 62 kg gaya Yunani). Mereka ini didampingi oleh Kapten Obos Purwono sebagai tim manajer serta Batling Ong sebagai pelatih.

Dalam PON V tahun 1961 di Bandung olahraga gulat termasuk salah satu cabang olahraga yang dipertandingkan dengan mengambil tempat di Bioskop Varia (sekarang Nusantara). Daerah-daerah yang telah mempunyai pengurus mengirimkan para pegulatnya juga. Namun Jawa Barat tetap memborong medali terbanyak.

Tahun 1962 Asian Games IV berlangsung di Jakarta. Indonesia menurunkan para pegulatnya secara full team, mulai dari kelas 52 kg sampai dengan 87 kg. Prestasi para pegulat kita belum begitu menggembirakan, Indonesia hanya meraih 2 medali perunggu melalui gulat Mujari (kelas 52 kg) dan Rachman Firdaus (kelas 63 kg) yang keduanya bertanding dalam gaya Yunani-Romawi.

Dalam Ganefo I (Games of The New Emerging Forces) yang berlangsung di Jakarta tahun 1963, Indonesia juga mengikutsertakan pegulatnya. Yoseph Taliwongoso yang bertanding di kelas 70 kg, gaya Yunani-Romawi berhasil meraih medali perak, sedangkan Suharto kelas 97 kg, meraih perunggu.

Tahun 1964 PB. PGSI mengirimkan para pegulatnya ke RRC dan Korea Utara untuk menambah pengalaman. Diantara para pegulat yang dikirimkan itu ialah Rachman Firdaus, Joseph Taliwongso, Bambang Kantong, Saut Tambunan dan Wachmana.

Tahun 1965 menjelang diselenggarakannya PON VI di Jakarta, muncul pegulat-pegulat yang penuh bakat, seperti Suparman Hamid, Tigor Siahaan, Johny Gozali. Sayang para pegulat ini belum sempat menampilkan kebolehannya dalam arena PON VI yang batal karena situasi politik dan mengakibatkkan tersendat-sendatnya kemajuan para pegulat Indonesia.

Tahun 1966 menjelang Asian Games V di Bangkok, PGSI mengadakan kejuaraan nasional di Bandung. Setelah melakukan seleksi yang ketat terpilih pegulat-pegulat Rachman Firdaus, S.H., Ir. Suparman Hamid dan Ir. Saut Tambunan untuk memperkuat kontingen Indonesia.

Tahun 1967, diselenggarakan kejuaraan nasional di Surabaya, kesempatan ini merupakan yang terakhir kalinya dihadiri oleh Bapak Gulat Indonesia Batling Ong Hong Liong.

Tahun 1968, merupakan tahun yang sepi bagi PGSI karena tidak adanya kegiatan tingkat nasional. Kesempatan ini diarahkan untuk mempersiapkan diri menghadapi PON VII tahun 1969 di Surabaya.

Tahun 1969, diadakan PON VII di Surabaya dimana para pegulat dari daerah-daerah Sumatera Utara, DKI Jaya, Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan mengukur kekuatannya dalam arena tersebut. Daam PON VII ini terlihat olahraga gulat semakin berkembang bahkan muncul pula wajah-wajah baru yang penuh semangat dan berbakat.

Tahun 1970, PGSI mendapat kesempatan lagi untuk ambil bagian dalam Asian Games VI di Bangkok. Untuk itu PGSI mulai menyusun tim dengan terlebih dahulu mengadakan kejuaraan nasional di Bandung. Para pegulat yang terpilih adalah Tigor Siahaan, Sampurno, Darmanto, dan Johny Gozali, namun kali ini gulat juga belum berhasil memperoleh medali untuk disumbangkan di pangkuan Ibu Pertiwi.

Tahun 1971, untuk pertama kalinya dan ternyata merupakan terakhir kalinya gulat dipertandingkan pula dalam POM (pkean Olahraga Mahasiswa) di Palembang.

Tahun 1972, menjelang PON VIII di Jakarta, terlebih dahulu diadakan babak kualifikasi bagi daerah-daerah yang akan ikut serta dalam PON. Untuk pelaksanaannya tahun itu juga PGSI menyelenggarakan kejuaraan Nasional di Medan dan bagi pegulat yang lolos dari babak kualifikasi dapat ikut serta dalam PON VIII tahun 1973 di Jakarta.

Dalam PON VIII ini pula dipertandingkan gulat dalam 2 nomor yakni gaya Yunani-Romawi dan gaya bebas.

Tahun 1973, ini PGSI juga kembali ikut serta dalam kejuaraan gulat di Glanbator, Mongolia dan tim Indonesia terdiri dari Tigor Siahaan, Syampurno, Johny Gozali dan Darmanto.

Selain itu kegiatan internasional yagn diikuti oleh para pegulat kita adalah :

- Tahun 1974 Asian Games VII di Teheran, PGSI mengirimkan pegulat Tigor Siahaan kelas 48 kg dan Johny Gozali kelas 62 kg ; kejuaraan dunia tahun 1978 di Mexico PGSI menerjunkan pegulat-pegulat Suwarto kelas 57 kg, Alfan Sulaiman kelas 62 kg, Tahi Sihombing kelas 68 kg dan Eddy Santoso kelas 74 kg.
- Tahun 1980, di Rumania PGSI mengirimkan pegulat Suwarto kelas 57 kg, Edison kelas 62 kg dan Alfan Sulaiman kelas 68 kg.
- Tahun 1982, Asian Games IX di New Delhi, PGSI mengirimkan Rubianto Hado kela s48 kg, Rusdi kelas 57 kg, dan Alfan Sulaiman kelas 62 kg.
Sejak pembentukannya tahun 1960 PGSI telah banyak melakukan kegiatan baik lokal, nasional maupun internasional. Frekuensi pertandingan bertambah dan daerah baru PGSI juga bertambah.

Saat ini di seluruh Indonesia PGSI mempunyai 17 Pengda :

1. Pengda PGSI Sumatera Utara, jalan Karantina 50 Medan,
2. Pengda PGSI Sumatera Barat, jalan Arief Rahman Hakim 6 Padang
3. Pengda PGSI Riau, Kepala Kantor Kecamatan Tebing Tinggi di Selat Panjang
4. Pengda PGSI Sumatera Selatan, GOR KONI Sumatera Selatan jalan Kapten A. Rivai Palembang
5. Pengda PGSI Jawa Barat, jalan Aceh 47- 49 Bandung
6. Pengda PGSI DKI Jaya, Manajer Stadion Utama Senayan Pintu 8 Jakarta
7. Pengda PGSI Jawa Tengah, SGO jalan Atmodirono 2/4 Semarang.
8. Pengda PGSI D.I. Yogyakarta, jalan Dr. Wahidin 20 Yogyakarta
9. Pengda PGSI Jawa Timur, jalan Ngagel Timur II/30 Surabaya
10. Pengda PGSI Kalimantan Tengah , SMOA Negeri Palangkaraya
11. Pengda PGSI Kalimantan Selatan, Kantor Depdikbud Kecamatan Banjar Barat jalan Batu Tiban Banjarmasin.
12. Pengda PGSI Kalimantan Timur, SGO Negeri Samarinda jalan pahlawan Samarinda
13. Pengda PGSI Sulawesi Utara, KONI Propinsi Sulawesi Utara jalan A. Yani Manado.
14. Pengda PGSI Sulawesi Selatan, jalan Hatimurah 2 Ujung Pandang
15. Pengda PGSI Sulawesi Tengah, Sdr. Suwardji SKKP negeri palu.
16. Pengda PGSI Sulawesi Tenggara, Sdr. Watimena jalan Fajarmerantau Kendari.
17. Pengda PGSI Irian Jaya, KONI Irian Jaya Jayapura.

Peraturan Pertandingan Gulat

Sesuai dengan unsur, maka olahraga gulat dibagi dalam kelompok sebagai berikut :
a. Gulat Mini : 6 – 12 tahun
b. Gulat Anak-Anak : 13 – 16 tahun
c. Gulat Yunior : 17 – 20 tahun
d. Gulat Senior : di atas 20 tahun

Pertandingan olahraga gulat dilakukan di atas matras, berukuran 12 x 12 meter sesuai dengan peraturan gulat internasional. Peraturan pertandingan gulat internasional. Peraturan pertandingan yang dipakai juga peraturan pertandingan gulat internasional dari FILA yang sudah disahkan oleh PB. PGSI.

Pegulat selama bertanding harus memakai baju internasional (wrestlingsuit) sesuai dengan warna dari sudut mana dia berada, biru atau merah. Wasit berada diantara kedua pegulat di lingkaran tengah, satu tangan diluruskan ke depan, kemudian peluit dibunyikan dan lengan wasit ditarik kembali. Pada waktu bertanding, bilamana kedua pegulat tinggal diam beberapa saat maka wasit berteriak open agar supaya daerah serangan dibuka untuk memberi kesempatan pada lawannya melakukan serangan. Setelah itu diharapkan kedua pegulat mengadakan kontak satu sama lain. Setelah kedua pegulat itu mengadakan kontak maka diharuskan adanya serangan salah satu pihak, kalau tidak maka wasit harus berteriak action.

Setiap kali wasit berteriak open, action, ataupun contact, pegulat harus mengerjakan hal itu. Kalau pegulat itu tidak bereaksi maka wasit wajib menghentikan pertandingan dan memberikan peringatan kepada kedua pegulat itu. Bila hal ini terulang setujuan juri atau pres met wajib memberikan suatu angka hukuman. Pemberian angka hukuman ini secara jelas dilakukan oleh wasit sedemikian rupa sehingga juri dan ketua pertandingan serta umum jelas melihatnya. Wasit memanggil kedua pegulat pada lingkaran tengah menghadap ketua pertandingan, salah satu tangan wasit memegang pergelangan tangan pegulat yang mendapat hukuman lurus ke bawah di sisi badan. Sedangkan tangan terbuka, semua jari lurus ke atas dan rapat satu sama lain. Juri dan ketua pertandingan mengangkat papan angka satu yang berwarna sesuai dengan tangan wasit yang diangkat. Ini menunjukkan bahwa satu angka diberikan kepada pegulat yang berwarna merah, maka juri mengangkat papan merah yang berangka 1.

Lama Pertandingan

Setelah Olympic Games tahun 1964 di Tokyo, Jepang, waktu pertandingan menjadi 3 x 3 menit jatuhan. Sebelumnya pertandingan berlangsung selama 12 menit yang terdiri dari dua periode. Periode pertama berlangsung 6 menit yakni bergulat berdiri atau jongkok. Periode kedua, pegulat ditanya oleh wasit apakah hendak bergulat berdiri atau jongkok. Kalau kedua pegulat setuju berdiri maka periode itu berlangsung 6 menit lagi. Akan tetapi jika kedua pegulat memilih bergulat jongkok, maka wasit mengadakan undian untuk menentukan pegulat yang mana terlebih dahulu jongkok dan pegulat yang mana pula yang menyerang lebih dahulu.

Pegulat dinyatakan kalah jatuhan bila pundaknya mengenai lantai dalam hitungan 10 (sepuluh). Jadi pada waktu seseorang pegulat ditekan lawannya maka wasit menghitung seperti wasit tinju bila petinju itu dipukul jatuh.

Bila juri dan ketua pertandingan tidak setuju angkatlah papan putih. Begitu wasit melihat dukungan salah satu petugas itu segera dia menepuk matras pertanda salah satu pegulat dinyatakan touche (jatuhan).

Dukungan juri/pres mat itu dinyatakan dengan mengangkat papan merah/hijau, bahwa pegulat itu kalah jatuhan. Papan itu harus diangkat supaya wasit melihat dengan jelas. Begitu juga wasit harus melirik ke petugas untuk melihat reaksinya.

Juri/pres mat, untuk meyakinkan jatuhan, dia boleh bergerak dari kursinya, tapi jangan terlalu jauh agar dia bisa kembali dengan segera dan tetap dapat dilihat oleh wasit. Keadaan bahaya (dangerous) bagi seorang pegulat adalah suatu hal yang diharapkan oleh lawannya karena dia akan melihat nilai bantingan (technical point). Nilai dua diberikan kepada lawannya bilamana keadaan bahaya itu kurang dari 5 detik dan nilai 3 diberikan bila lebih dari 5 detik.

Gaya yang dipertandingkan dan kelasnya

Olahraga gulat mempertandingkan 2 macam gaya yaitu gaya bebas dan gaya Yunani-Romawi. Gulat gaya bebas dan gaya Yunani-Romawi masing-masing meliputi kelas-kelas :

1. Kelas 48 kg
2. Kelas 52 kg
3. Kelas 57 kg
4. Kelas 62 kg
5. Kelas 68 kg
6. Kelas 74 kg
7. Kelas 82 kg
8. Kelas 90 kg
9. Kelas 100 kg
10. Kelas 100 kg, + (over + 100 kg).

Organisasi

Susunan organisasi PGSI berbentuk piramida dan vertikal, berjenjang mulai dari perkumpulan – perkumpulan, pengurus Kabupaten/Kotamadya, Kota (Administratif), Propinsi sampai ke tingkat Pusat.

Di Ibukota Republik Indonesia Jakarta dibentuk Pengurus Besar Persatuan Gulat Seluruh Indonesia yang disingkat PB. PGSI, di Ibukota Propinsi dibentuk Pengurus Daerah PGSI yang disingkat Pengda PGSI, di Ibukota Kabupaten/Kotamadya dan Kota Administratif dibentuk pengurus cabang disingkat Pengcab PGSI, yang masing-masing pembentukannya oleh kongres, rapat anggota pemilihan pengurus cabang.

Masa kepengurusan besar paling lama 4 tahun dan pengurus cabang 2 tahun.

sejarah judo

Sejarah & Perkembangan Judo

Judo mulai dikenal di Indonesia sejak tahun 1942 ketika tentara Jepang mulai menduduki Indonesia. Pada hari-hari tertentu tentara Jepang berlatih Judo di lingkungan asramanya, lama kelamaan tentara Jepang bergaul dan bersahabat dengan orang-orang lingkungan asrama tentara Jepang, maka orang Indonesia yang menjadi sahabat dekat tentara Jepang ikut berlatih Judo dan dipilih betul-betul sangat selektif dengan tujuan jangan sampai membahayakan keberadaan tentara Jepang di Indonesia pada waktu itu.

Pada tahun 1949 berdiri perkumpulan Judo pertama di Jakarta bernama "Jigoro Kano Kwai" yang di pimpin oleh J.D. Schilder (orang Belanda). Perkumpulan tersebut berlatih di gedung YMCA, jalan Nusantara, Jakarta. Anggota perkumpulan Judo tersebut terdiri dari berbagai lapisan antara lain Pelajar, Mahasiswa, Umum, ABRI, anak-anak, orang dewasa, pria dan wanita. Selain belajar Judo mereka juga belajar Jiujitsu (salah satu jenis beladiri Jepang) yang merupakan induk dari olahraga Judo. Pada waktu itu perkumpulan-perkumpulan Judo yang masih berdiri sendiri-sendiri atau belum ada organisasi yang lebih besar yang menaunginya.

Pada tanggal 20 Mei 1955, didirikan perkumpulan Judo yang diberi nama "Judo Institute Bandung" (JIB) oleh Letkol Abbas Soeriadinata, Mayor Uluk Wartadireja, Letkol D. Pudarto, Pouw Tek Siang, dengan pelatih Tok Supriadi (orang Jepang).

Pada tanggal 25 Desember 1955 dibentuk organisasi Judo Indonesia yang diberi nama Persatuan Judo Seluruh Indonesia (PJSI) sebagai organisasi Judo tertinggi di Indonesia, yang mengatur dan mengelola kegiatan Judo secara Nasional maupun Internasional. Pada tahun itu juga PJSI telah diakui oleh Komite Olympiade Indonesia sebagai Top Organisasi Judo di Indonesia. Pada tahun yang sama Indonesia secara resmi mendaftar dan diterima sebagai anggota International Judo Federation (IJF) yang menjadi organisasi Judo tertinggi di dunia.

Tahun 1957, Judo untuk pertama kalinya diikut sertakan dalam Pekan Olahraga Nasional (PON) IV di Makasar, Sulawesi Selatan sebagai salah satu cabang olahraga yang dipertandingkan. Tahun 1958 - 1959, ketua Komisi Tekhnik Persatuan Judo Indonesia Djakarta (PJID) yaitu Dachjan Elias, Dan IV berangkat ke negara Jepang untuk memperdalam pengetahuan olehraga Judo. Sekembalinya dari Jepang ia segera mengamil langkah-langkah untuk menggiatkan organisasi, sehingga dalam waktu satu tahun terbukti or

Sejarah Capoeira

Capoeira merupakan sebuah olah raga bela diri yang dikembangkan oleh para budak Afrika di Brasil pada sekitar tahun 1500-an. Gerakan dalam capoeira menyerupai tarian dan bertitik berat pada tendangan. Pertarungan dalam capoeira biasanya diiringi oleh musik dan disebut Jogo. Capoeira sering dikritik karena banyak orang meragukan keampuhannya dalam pertarungan sungguhan, dibanding seni bela diri lainnya seperti Karate atau Taekwondo.
Capoeira adalah sebuah sistem bela diri tradisional yang didirikan di Brazil oleh budak-budak Afrika yang dibawa oleh orang-orang Portugis ke Brazil untuk bekerja di perkebunan-perkebunan besar. Pada zaman dahulu mereka melalukan latihan dengan diiringi oleh alat-alat musik tradisional, seperti berimbau (sebuah lengkungan kayu dengan tali senar yang dipukul dengan sebuah kayu kecil untuk menggetarkannya) dan atabaque (gendang besar), dan ini juga lebih mudah bagi mereka untuk menyembunyikan latihan mereka dalam berbagai macam aktivitas seperti kesenangan dalam pesta yang dilakukan oleh para budak di tempat tinggal mereka yang bernama senzala. Ketika seorang budak melarikan diri ia akan dikejar oleh “pemburu” profesional bersenjata yang bernama capitães-do-mato (kapten hutan). Biasanya capoeira adalah satu-satunya bela diri yang dipakai oleh budak tersebut untuk mempertahankan diri. Pertarungan mereka biasanya terjadi di tempat lapang dalam hutan yang dalam bahasa tupi-guarani (salah satu bahasa pribumi di Brazil) disebut caá-puêra – beberapa ahli sejarah berpendapat bahwa inilah asal dari nama seni bela diri tersebut. Mereka yang sempat melarikan diri berkumpul di desa-desa yang dipagari yang bernama quilombo, di tempat yang susah dicapai. Quilombo yang paling penting adalah Palmares yang mana penduduknya pernah sampai berjumlah sepuluh ribu dan bertahan hingga kurang lebih selama enam puluh tahun melawan kekuasaan yang mau menginvasi mereka. Ketua mereka yang paling terkenal bernama Zumbi. Ketika hukum untuk menghilangkan perbudakan muncul dan Brazil mulai mengimport pekerja buruh kulit putih dari negara-negara seperti Portugal, Spanyol dan Italia untuk bekerja di pertanian, banyak orang negro terpaksa berpindah tempat tinggal ke kota-kota, dan karena banyak dari mereka yang tidak mempunyai pekerjaan mulai menjadi penjahat. Capoeira, yang sudah menjadi urban dan mulai dipelajari oleh orang-orang kulit putih, di kota-kota seperti Rio de Janeiro, Salvador da Bahia dan Recife, mulai dilihat oleh publik sebagai permainan para penjahat dan orang-orang jalanan, maka muncul hukum untuk melarang Capoeira. Sepertinya pada waktu itulah mereka mulai menggunakan pisau cukur dalam pertarungannya, ini merupakan pengaruh dari pemain capoeira yang berasal dari Portugal dan menyanyikan fado (musik tradisional Portugis yang mirip dengan keroncong). Pada waktu itu juga beberapa sektor yang rasis dari kaum elit Brazil berteriak melawan pengaruh Afrika dalam kebudayaan negara, dan ingin “memutihkan” negara mereka. Setelah kurang lebih setengah abad berada dalam klandestin, dan orang-orang mepelajarinya di jalan-jalan tersembunyi dan di halaman-halaman belakang rumah, Manuel dos Reis Machado, Sang Guru (Mestre) Bimba, mengadakan sebuah pertunjukan untuk Getúlio Vargas, presiden Brazil pada waktu itu, dan ini merupakan permulaan yang baru untuk capoeira. Mulai didirikan akademi-akademi, agar publik dapat mempelajari permainan capoeira. Nama-nama yang paling penting pada masa itu adalah Vicente Ferreira Pastinha (Sang Guru Pastinha), yang mengajarkan aliran “Angola”, yang sangat tradisional, dan Mestre Bimba, yang mendirikan aliran dengan beberapa inovasi yang ia namakan “Regional”.
Sejak masa itu hingga masa sekarang capoeira melewati sebuah perjalanan yang panjang. Saat ini capoeira dipelajari hampir di seluruh dunia, dari Portugal sampai ke Norwegia, dari Amerika Serikat sampai ke Australia, dari Indonesia sampai ke Jepang. Di Indonesia capoeira sudah mulai dikenal banyak orang, disamping kelompok yang ada di Yogyakarta, juga terdapat beberapa kelompok di Jakarta. Banyak pemain yang yang berminat mempelajari capoeira karena lingkungannya yang santai dan gembira, tidak sama dengan disiplin keras yang biasanya terdapat dalam sistem bela diri dari Timur. Seperti yang pernah dikatakan oleh seorang penulis besar dari Brazil Jorge Amado, ini “pertarungan yang paling indah di seluruh dunia, karena ini juga sebuah tarian”. Dalam capoeira teknik gerakan dasar dimulai dari “ginga” dan bukan dari posisi berhenti yang merupakan karateristik dari karate, taekwondo, pencak silat, wushu kung fu, dll…; ginga adalah gerakan-gerakan tubuh yang berkelanjutan dan bertujuan untuk mencari waktu yang tepat untuk menyerang atau mempertahankan diri, yang sering kali adalah menghindarkan diri dari serangan. Dalam roda para pemain capoeira mengetes diri mereka, lewat permainan pertandingan, di tengah lingkaran yang dibuat oleh para pemain musik dengan alat-alat musik Afrika dan menyanyikan bermacam-macam lagu, dan pemain lainnya bertepuk tangan dan menyanyikan bagian refrein. Lirik lagu-lagu itu tentang sejarah kesenian tersebut, guru besar pada waktu dulu dan sekarang, tentang hidup dalam masa perbudakan, dan perlawanan mencapai kemerdekaan. Gaya bermain musik mempunyai perbedaan ritme untuk bermacam-macam permainan capoeira, ada yang perlahan dan ada juga yang cepat.
Capoeira tidak saja menjadi sebuah kebudayaan, tetapi juga sebuah olahraga nasional Brazil, dan para guru dari negara tersebut membuat capoeira menjadi terus menerus lebih internasional, mengajar di kelompok-kelompok mahasiswa, bermacam-macam fitness center, organisasi-organisasi kecil, dll. Siswa-siswa mereka belajar menyanyikan lagu-lagu Capoeira dengan bahasa Portugis – “Capoeira é prá homi, / mininu e mulhé…” (Capoeira untuk laki-laki, / anak-anak dan perempuan).
Di Indonesia, sama seperti di negara-negara yang lain, kemungkinan Capoeira akan semakin berkembang.
Beberapa gerakan dalam Capoeira:
1. Ginga
2. Handstand
3. Backflip
4. Headspin
5. Handstand Whirling

sejarah taekwondo

Sejarah Singkat Taekwondo Indonesia

Taekwondo mulai berkembang di Indonesia pada tahun 70-an , dimulai aliran Taekwondo yang berafiliasi ke ITF ( International Taekwondo Federation ) yang pada waktu itu bermarkas besar di Toronto Kanada, aliran ini dipimpin dan dipelopori oleh Gen. Choi Hong Hi, kemudian berkembang juga aliran Taekwondo yang berafiliasi ke WTF ( The World Taekwondo Federation ) yang berpusat di Kukkiwon, Seoul, Korea Selatan dgn Presiden Dr. Un Yong Kim .

Pada waktu itu, di Indonesia kedua aliran ini yang masing - masing mempunyai organisasi ditingkat nasional yaitu Persatuan Taekwondo Indonesia ( PTI ) yg berafiliasi ke ITF dipimpin oleh Letjen. Leo Lopolisa dan Federasi Taekwondo Indonesia ( FTI ) yg berafiliasi ke WTF dipimpin oleh Marsekal Muda Sugiri .

Atas kesepakatan bersama dan melihat prospek perkembangan didunia olahraga International dan Nasional , maka Musyawarah Nasional Taekwondo pada Tanggal 28 maret 1981 berhasil menyatukan kedua organisasi Taekwondo tersebut, menjadi organisasi baru yang disebut Taekwondo Indonesia dan dipimpin oleh Leo Lopolisa sebagai Ketua Umumnya, sedangkan struktur organisasi ditingkat nasionalnya disebut PBTI ( Pengurus Besar Taekwondo Indonesia ) dan berpusat di Jakarta. Munas Taekwondo Indonesia I pada Tanggal 17 - 18 September 1984 menetapkan Letjen. Sarwo Edhie Wibowo ( Alm. ) sebagai Ketua Umum Taekwondo Indonesia periode 1984 - 1988, maka era baru Taekwondo Indonesia yang bersatu dan kuat dimulai. Selanjutnya Taekwondo Indonesia sempat dipimpin oleh Soeweno, Harsudiyono Hartas, dan sekarang oleh Letjen ( Mar ) Suharto.

Kini Taekwondo Indonesia telah berkembang di seluruh propinsi di Indonesia dan diikuti aktif oleh lebih dari 200.000 anggota , angka ini belum termasuk yang tidak secara aktif berlatih. Taekwondo telah dipertandingkan sebagai cabang olahraga resmi di arena PON. Beberapa atlet yang pernah berjaya membela negara di event International antara lain seperti : Budi Setiawan, Rahmi Kurnia, Siauw Lung, Yefi Triaji, Lamting , Yeni Latif, Dirk Richard, dan sebagainya. dimasa Thn 1986 s/d Thn. 1993 . Pada generasi berikutnya antara lain seperti Yuana Wangsa Putri yang mewakili Indonesia di even Olympic Games 2000, Sidney dan Ika Dian Fitria yang berhasil meraih medali emas Kejuaraan Dunia Yunior pada November 2000.

Kamis, 17 Desember 2009

Sejarah Karate Indonesia

Karate masuk di Indonesia bukan dibawa oleh tentara Jepang melainkan oleh Mahasiswa-mahasiswa Indonesia yang kembakli ke tanah air, setelah menyelesaikan pendidikannya di Jepang. Tahun 1963 beberapa Mahasiswa Indonesia antara lain: Baud AD Adikusumo, Karianto Djojonegoro, Mochtar Ruskan dan Ottoman Noh mendirikan Dojo di Jakarta. Mereka inilah yang mula-mula memperkenalkan karate (aliran Shoto-kan) di Indonesia, dan selanjutnya mereka membentuk wadah yang mereka namakan Persatuan Olahraga Karate Indonesia (PORKI) yang diresmikan tanggal 10 Maret 1964 di Jakarta.

Beberapa tahun kemudian berdatangan ex Mahasiswa Indonesia dari Jepang seperti Setyo Haryono (pendiri Gojukai), Anton Lesiangi, Sabeth Muchsin dan Chairul Taman yang turut mengembangkan karate di tanah air. Disamping ex Mahasiswa-mahasiswa tersebut di atas orang-orang Jepang yang datang ke Indonesia dalam rangka usaha telah pula ikut memberikan warna bagi perkembangan karate di Indonesia. Mereka-mereka ini antara lain: Matsusaki (Kushinryu-1966), Ishi (Gojuryu-1969), Hayashi (Shitoryu-1971) dan Oyama (Kyokushinkai-1967).

Karate ternyata memperoleh banyak penggemar, yang implementasinya terlihat muncul dari berbagai macam organisasi (Pengurus) karate, dengan berbagai aliran seperti yang dianut oleh masing-masing pendiri perguruan. Banyaknya perguruan karate dengan berbagai aliran menyebabkan terjadinya ketidak cocokan diantara para tokoh tersebut, sehingga menimbulkan perpecahan di dalam tubuh PORKI. Namun akhirnya dengan adanya kesepakatan dari para tokoh-tokoh karate untuk kembali bersatu dalam upaya mengembangkan karate di tanah air sehingga pada tahun 1972 hasil Kongres ke IV PORKI, terbentuklah satu wadah organisasi karate yang diberi nama Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia (FORKI).

Sejak FORKI berdiri sampai dengan saat ini kepengurusan di tingkat Pusat yang dikenal dengan nama Pengurus Besar/PB. telah dipimpin oleh 6 orang Ketua Umum dan periodisasi kepengurusannyapun mengalama 3 kali perobahan masa periodisasi yaitu ; periode 5 tahun (ditetapkan pada Kongres tahun 1972 untuk kepengurusan periode tahun 1972 – 1977) periodisasi 3 tahun (ditetapkan pada kongres tahun 1997 untuk kepengurusan periode tahun 1997 – 1980) dan periodisasi 4 tahun ( Berlaku sejak kongres tahun 1980 sampai sekarang).

Adapun mereka-mereka yang pernah menjadi Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal (Umum) FORKI sejak tahun 1972 adalah sbb :

Periode/Masa Bakti Ketua Umum Sekretaris Jenderal/Umum Keterangan
1972 – 1977 Widjojo Suyono Otoman Nuh Kongres IV PORKI/FORKI 1972 di Jakarta
1977 – 1980 S u m a d i Rustam Ibrahim Kongres V FORKI 1977 di Jakarta
1980 – 1984 Subhan Djajaatmadja G.A. Pesik Kongres VI FORKI 1980 di Jakarta
1984 – 1988 R u d i n i Adam Saleh Kongres VII FORKI 1984 di Bandar Lampung
1988 – 1992 R u d i n i G.A. Pesik Kongres VIII FORKI 1988 di Jakarta
1992 – 1996 R u d i n i G.A. Pesik Kongres IX 1992 di Jakarta (Diperpanjang sd 1997)
1997 – 2001 W i r a n t o Drs. Hendardji -S,SH. Kongres X FORKI 1997 di Caringin Bogor Jawa Barat
2001 – 2005 Luhut B. Pandjaitan, MPA. Drs. Hendardji -S,SH. Konres XI FORKI 2001 di Jakarta
2005 – 2009 Luhut B. Pandjaitan, MPA. Drs. Hendardji -S,SH. Kongres XII FORKI 2005 di Jakarta

PERGURUAN KARATE ANGGOTA FORKI
1. AMURA
2. BKC (Bandung Karate Club)
3. BLACK PANTHER KARATE INDONESIA
4. FUNAKOSHI
5. GABDIKA SHITORYU INDONESIA (Gabungan Beladiri Karate-Do Shitoryu)
6. GOJUKAI (Gojuryu Karate-Do Indonesia)
7. GOJU RYU ASS (Gojuryu Association)
8. GOKASI (Gojuryu Karate-Do Shinbukan Seluruh Indonesia)
9. INKADO (Indonesia Karate-Do)
10. INKAI (Institut Karate-Do Indonesia)
11. INKANAS (Intitut Karate-Do Nasional)
12. KALA HITAM
13. KANDAGA PRANA
14. KEI SHIN KAN
15. KKNSI (Kesatuan Karate-Do Naga Sakti Indonesia)
16. KKI (Kushin Ryu M. Karate-Do Indonesia)
17. KYOKUSHINKAI (Kyokushinkai Karate-Do Indonesia)
18. LEMKARI (Lembaga Karate-Do Indonesia)
19. PERKAINDO
20. PORBIKAWA
21. PORDIBYA
22. SHINDOKA
23. SHI ROI TE
24. TAKO INDONESIA
25. WADOKAI (Wadoryu Karate-Do Indonesia)

PB. FORKI beberapa kali mendapat kepercayaan menyelenggarakan even Internasional diantaranya :
1. Menjadi tuan rumah APUKO II tahun 1976 dilaksanakan di Jakarta.
2. Menjadi tuan rumah APUKO VII tahun 1987 dilaksanakan di Jakarta.
3. Menjadi tuan rumah APUKO Junior tahun 1991 dilaksanakan di Jakarta.

Disamping even-even tersebut PB. FORKI dipercayakan juga oleh KONI Pusat sebagai penyelenggara pertandingan karate pada even Sea Games dimana Indonesia menjadi tuan rumah yaitu masing-masing :

1. Sea Games XIV tahun 1987 di Jakarta.
2. Sea Games XIX tahun 1997 di Jakarta.

PB. FORKI pernah menggelar even Internasional diluar agenda resmi dari WKF dan AKF sebagai inisiatif sendiri dari PB. FORKI yaitu “ Indonesia Open Karate Tournamen “ yang dilaksanakan di Jakarta tahun 2002.